Kegagalan Italia melangkah ke Piala Dunia 2022 menjadi berita paling hangat di pekan ini. Italia sempat dijagokan akan berebut satu tiket dengan Portugal. Namun Italia justru kandas lebih awal dari Makedonia Utara.
Kegagalan Italia menembus dua piala dunia secara berturut-turut sungguh ironis. Mengingat Italia tampil trengginas di ajang Kualifikasi Euro 2020 hingga juara. Italia sempat 37 pertandingan tanpa kekalahan. Berbagai analis pun menyebut kegagalan Italia lolos ke Piala Dunia 2022 antara lain disebabkan badai cedera yang menimpa pemain utama. Pemain muda sebagai pengganti dianggap minim pengalaman dan kreativitas.
Dari berbagai pendapat analisis yang jelas kita sepakat bahwa performa Italia tidak cukup baik. Menurut Umstot (1988) dalam Understanding Organizational Behavior, performa dipengaruhi oleh komponen motivasi, kapasitas, peluang dan lingkungan.
Motivasi berasal dari bahasa latin movere, yang berarti gerak atau dorongan untuk bergerak. Motivasi juga disebut sebagai proses yang menjelaskan mengenai kekuatan, arah, dan ketekunan individu dalam mencapai tujuan. Kekuatan terkait seberapa tinggi usaha dan kerja keras yang dilakukan. Kemudian kerja keras harus ada arah untuk mencapai tujuan tersebut. Selanjutnya ketekunan mengenai seberapa konsisten seseorang melakukan upaya guna mencapai tujuan. Semakin tinggi motivasi seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan maka akan mempengaruhi performa kerjanya.
Motivasi ibarat bahan bakar dalam mencapai tujuan. Setidaknya ada empat tujuan mengapa seseorang bekerja, yaitu: the desire for life (keinginan untuk hidup); the desire for position (keinginan untuk suatu posisi); the desire for power (keinginan akan kekuasaan); the desire for recognition (keinginan untuk pengakuan)
Persoalan mengenai motivasi tidak bisa dianggap sepele. Sering kita dengar atau jumpai beberapa pemain bola mempunyai kinerja lebih baik daripada yang lain. Begitu pula dalam pekerjaan, sebagian pekerja berkinerja lebih unggul dibandingkan yang lain. Satu masalah yang secara konsisten menarik perhatian pimpinan/peneliti/pelatih adalah motivasi orang untuk melakukan pekerjaan mereka.
Setelah motivasi, komponen kedua terkait dengan performa adalah kapasitas. Umstot menyebutkan kapasitas terdiri dari unsur kemampuan, bakat, keahlian, pelatihan, serta penguasaan terhadap peralatan dan teknologi. Saat seseorang memiliki kapasitas yang tinggi, maka akan semakin meningkat pula performa kerja seseorang. Italia tentunya secara kapasitas jauh lebih unggul. Bisa dilihat sepak bola di Italia lebih berkembang dibandingkan Makedonia Utara.
Komponen ketiga adalah peluang, maksudnya adalah seberapa besar persentase seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Tentunya dalam kasus diatas, Italia mempunyai peluang lebih besar mengalahkan Makedonia Utara. Mengingat peluang dapat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman, karir sebelumnya, koneksi dan lain sebagainya. Italia tentu memiliki pengalaman yang lebih baik di kancah sepak bola internasional maupun Liga dalam negerinya.
Komponen selanjutnya adalah lingkungan kerja, tidak bisa dipungkiri bahwasanya lingkungan kerja sangat mempengaruhi performa kerja seseorang. Umstot merinci lingkungan kerja termasuk didalamnya norma di lingkungan pekerjaan, budaya kerja, supervisor, serta sikap pekerja lain. Bisa jadi masuknya pemain muda yang minim pengalaman belum mampu beradaptasi terhadap ‘budaya kerja’ yang diterapkan Mancini.
Dari empat komponen performa tersebut, harusnya Italia bisa menampilkan performa yang lebih baik dibandingkan dengan Makedonia Utara. Namun pada sepak bola modern seperti ini, hitung-hitungan diatas kertas saja tidak cukup. Seperti halnya Yunani yang tidak diperhitungan pada Euro 2004, namun justru mampu menjadi juara.