Siang menjelang akhir ramadhan. Berkendara sekitar 50 menit (38 km) ke arah Selatan. Tepatnya di belakang Kecamatan Oba Tengah. Kami bertemu dengan petani yanh belakang kami kenal dengan nama Bapak Hanafi.
Awalnya saya diberi kontak oleh penyuluh nomor Hanafi. Pas dikontak tidak terhubung (diangkat). Ndilalah pas hari tersebut bertemu dengan orang yang dicari.
Beliau bercerita sudah 6 tahun di Maluku Utara. Di awali bekerja di perusahaan swasta (kelapa dalam). Seiring dengan waktu beliau akhirnya memilih menggarap lahan untuk sayuran dan juga padi. Sebelum di Maluku Utara pernah bekerja di Lampung.
Pria kelahiran 1964 tersebut menuturkan bahwa ini kali ketiga menanam padi. Yang pertama pas ikut dengan perusahaan dimana padi ditanam disela-sela kelapa. Kemudian dia melakukan uji coba satu petak dengan hasil 1 ton gabah. Waktu itu per kg berasnya dijual 12 ribu rupiah.
Pada pertanaman yang ketiga, beliau mencoba mencari benih padi. Namun karena ada kendala administrasi, akhrinya dibeli benih yang pas ditelusuri lebih layak disebut gabah. Karena tidak berlabel serta pas ditanam, pertumbuhan tanaman tidak rata. Padahal ‘benih’ tersebut dibeli dengan harga 15 ribu/kg.
Pada saat sudah mulai tanam tersebut, beliau mendapatkan bantuan 40 kg benih padi Inpago 13 Fortiz dari BSIP Maluku Utara yang diserahkan melalui Dinas Pertanian Kota Tidore Kepulauan.
Pada hamparan lahan seluas 4 ha, beliau buka 1 ha untuk ditanami padi. Dibilang dibuka karena pada waktu terserbut lahan sering tergenang apabila hujan. Ditanami sayur dan jagung tentu tidak cocok. Maka beliau berinisiatif tanam padi. Hasil yang dibilang lumayan (1 ton gabah) pada waktu tersebut.
Ada yang unik dari cara budidaya beliau. Mulai dari olah lahan, tanam, dan perawatan dilakukan sendiri. Untuk olah lahan dan tanam dilakukan dengan alat traktor dan transplanter.
Bahkan untuk mengatasi serangan hama khususnya burung, beliau menggunakan minyak wangi yang ditaruh di orang-orangan sawah. Menurut beliau cara tersebut cukup ampuh.
Tekniknya ketika ada serangan burung beliau akan terjun ke sawah dan bertahan sekitar sejam. Baru kemudian minyak wangi disemprot dibaju orang-orangan sawah.
Meski dengan berbagai tantangan dan low input, apa yang diupayakan Bapak Hanafi sudah baik. Tinggal didukung dorongan moril dan materiil (saprodi) agar hasil pertaniannya lebih baik lagi serta menjadi contoh untuk petani lainnya.
