
Pertama saya sampaikan Selamat Idulfitri kepada manteman. Semoga kita masih dapat dipertemukan dengan Bulan Ramadan tahun depan. Ramadan memberikan pelajaran kepada kita tentang konsistensi. Bisa jadi yang tidak terbiasa puasa sunah ternyata mampu dalam sebulan penuh melakukan puasa. Meskipun itu karena paksaan, aturan, dan sejenisnya.
Begitu pula dalam mengerjakan sesuatu upaya paksaan tersebut terkadang perlu dihadirkan agar fokus dan tujuan tercapai. Termasuk juga dalam pengerjaan tugas akhir. Seringkali pengerjaan tugas akhir dihadapkan pada dua, tiga, bahkan beberapa momen yang sama-sama memerlukan prioritas. Namun hanya satu yang harus didahulukan. Manakah yang akan dipilih?
Sejatinya Ramadan telah memberikan kuncinya. Misalnya dalam sebulan ada goal sekali khatam 30 juz. Yang terdistribusi setiap ba’da salat membaca empat halaman. Ketika ada suatu saat yang sama sekali tidak bisa membaca quran maka perlu dirapel di waktu lain. Atau bahkan perlu ada tabungan di depan. Taruhlah ketika tau hari ke 26 puasa kita akan melakukan kegiatan penuh, maka di hari 20 atau 21 ada 1-2 jam baca quran untuk mengantisipasi kegiatan pada hari ke 26.
Begitupula dengan pengerjaan tesis, perlu ada manajemen waktu. Sebab momen akhir Ramadan dan lebaran, kita dihadapkan pada situasi mudik atau menyambut kedatangan saudara-kerabat. Apalagi yang rumahnya menjadi host pertemuan keluarga besar. Tentu jauh-jauh hari bahkan sampai beberapa hari setelahnya, sibuk dengan urusan di luar tugas akhir.
Belum lagi yang mudik, akan ada rasa kurang nyaman ketika yang lain pada kumpul dan cerita-cerita kita malah sibuk di depan laptop. Plus bisa jadi ada stigma workaholic atau tesis holic. Namun buat sebagian orang sebutan tersebut tak menjadi soal, karena itu sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan ‘kapan lulus’.
Ramadan sejatinya mengajarkan kepada kita untuk mengatur waktu di antara dua hal. Minimal urusan akhirat/ibadah dan dunia. Meskipun urusan dunia dengan ‘tambahan’ niat juga dapat bernilai ibadah. Paling tidak ada dua waktu saat Ramadan yang bisa menjadi kunci produktivitas. Antara subuh-magrib. Serta magrib-subuh. Dua waktu tersebut bisa golden time dalam melakukan aktivitas untuk mengejar target/fokus. Misalnya sejam setelah tarawih dan subuh digunakan untuk mengejar target khatam yang kemudian lanjut dengan urusan tugas akhir.
Prioritas dan Fokus
Hal seperti itu juga bisa diterapkan di luar ramadan. Masing-masing tentu sudah mafhum dengan kemampuan diri untuk mengatur ritme. Apa ngebut dulu baru gas tipis tipis, atau senantiasa gas tipis-tipis. Akan sangat menantang ketika mengalami momen lebih dari satu kegiatan yang deadline-nya sama, atau saling berdekatan. Pendekatan yang dapat ditempuh ada tiga:
Pertama, pilih mana yang prioritas. Anggap pekerjaan yang paling prioritas dibandingkan tesis. Tesis penting juga tapi dalam prosesnya kan masih bisa direvisi sana-sini. Beda dengan pekerjaan yang bisa jadi juga terkait kepercayaan klien atau pimpinan. Jadi tetep kerjaan pekerjaan tersebut untuk selesai lebih awal. Agar sisa waktunya bisa untuk mengerjakan tesis.
Kedua, sisa akhir waktu yang dialokasikan untuk pengerjaan tugas akhir tersebut benar-benar dioptimalkan. Kalau perlu wayangan/begadang. Nah seringkali dalam hal ini akan ada hal yang terlewat atau kurang sempurna. Kuncinya setelah draft tesis tersebut dikirim, sambil nunggu jadwal bimbingan kita lakukan perbaikan-perbaikan terhadap yang dianggap kurang. Jadi saat bimbingan apabila dosen menyatakan ini itu ada yang kurang, kita sudah menyiapkan skenario jawabannya.
Ketiga, tesis itu ibarat lari maraton yang terkadang ada rasa jenuh. Sebab menggeluti topik yang sama berbulan-bulan bahkan lintas tahun. Belum lagi menunggu jawaban dari pembimbing. Waktu-waktu tersebut rawan untuk disusupi hal-hal yang mengasyikan tapi melenakan. Misalnya jeda tersebut digunakan untuk mencari cuan, tetapi karena terlalu asyik jadinya tesis tersisihkan dari list tujuan. Terhadap hal tersebut perlu pintas-pintar memberikan porsi waktu. Misalnya di sela-sela nunggu bimbingan dan jualan, kita membaca tulisan dari teman-teman. Ya meskipun beda topik/tema setidaknya dengan membaca tulisan orang, pikiran kita sejenak fresh dari topik yang kita geluti tapi masih dalam koridor pertesisan. Bisa jadi dari tulisan teman tersebut kita jadi tahu kelebihan tulisan mereka untuk direplikasi di tugas yang sedang dikerjakan. Atau melihat kekurangan yang nantinya bisa dijadikan saran terhadap teman tersebut. Meskipun saran terkait tata bahasa, tanda baca, ejaan, dsb.
Keempat, buat lebih berwarna. Seringkali mengerjakan dalam waktu yang lama dan ‘biasa-biasa’ saja itu menjenuhkan. Cobalah jadikan lebih berwarna dengan mencoba cara baru. Yang biasa membuat bagan/grafik masih secara manual di word/excell coba pakai canva. Bisa jadi dengan mencoba ‘kebaruan’ ini akan menimbulkan nuansa yang fresh serta tidak lagi monoton. Mencoba skill-skill baru yang masih ada hubungan atau terkait tesis bisa dicoba sekaligus mengasah keandalan di masa depan.
Beberapa waktu lalu ada kolega yang nanya bagaimana agar bisa fokus? Salah satu cara lainnya dengan menekan diri. Misalnya dosen atau diri kita sendiri memberikan target harus selesai 10 hari tapi kita kerjakan cukup 5 hari. Hari 1-4 digunakan untuk memikirkan apa yang akan ditulis sambil mengerjakan yang lain. Kemudian hari ke 5-8 digunakan untuk menulis. Hari ke-9 digunakan untuk membaca ulang serta mengirimkan naskah perbaikan ke pembimbing. Ada sisa 1 hari itu dijadikan sebagai tabungan sosial, artinya ada kesan bagi diri sendiri bahwa ternyata kita mampu menyelesaikan sebelum waktunya. Dari sini kepercayaan diri bisa hadir.
Terhadap kelebihan waktu satu hari tersebut bukan berarti kita leha-leha. Gunakan untuk aktivitas ringan seputar tesis. Sebab mendatangkan semangat atau kondisi tersebut bisa jadi sulit. Mumpung masih ada ‘sisa-sisa’ tenaga, maka arahkan ke yang tepat.
Penutup
Mengingat tugas akhir itu merupakan proses yang kontinu. Bisa jadi kita tahu bahkan tidak tahu kapan selesainya maka sangat diperlukan konsistensi. Salah satu cara agar konsisten adalah senantiasa menulis apa yang hadir dipikiran atau yang telah dilakukan. Sebagaimana pesan dalam suatu film: Tulis apa yang kamu lihat dan lakukan agar tidak kehilangan arah.
Seringkali ide itu hadir tiba-tiba dan perlu diikat dengan catatan/tulisan sebagaimana hewan buruan.
“Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang. Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja” (Imam Imam Syafi’i rahimahullah)
Ungaran, 4 Syawal 1444H