Selama proses penyusunan tugas akhir seringkali dihadapkan pada ekpektasi: tesis lancar, lulus cepat. Namun ada tembok besar yang menghadang di depan yaitu kesempurnaan dan durasi waktu. Ketika awal menyusun tugas akhir ada keinginan untuk ideal. Ingin ini ingin itu, harus begini harus begitu. Pakai teori ini, pakai tools statistik yang itu, dan sebagainya.
Seiring berjalannya waktu idealime tersebut dihadapkan pada arahan pembimbing yang terkadang berbeda. Belum lagi masukan saat seminar proposal maupun ujian proposal menambah idealisme itu berubah, antara semakin ‘sederhana’ atau malah ‘semakin rumit’.
Dari situ ujian terhadap apa yang selama ini menjadi ekspektasi baru dimulai. Merespons berbagai masukan tentu memerlukan waktu. Waktu untuk merenung, waktu untuk menuliskan, hingga waktu untuk konsultasi/bimbingan. Dilema akan semakin hebat ketika waktu terus berjalan tapi revisi tak kunjung kelar. Rasa-rasanya apa yang ditulis belum ‘klop’ atau belum sempurna, untuk diajukan ke pembimbing. Padahal waktu terus berjalan.
Idealnya waktu untuk merespons perbaikan sekitar dua pekan. Anggap tanggal 1 bimbingan dilakukan dan pembimbing minta untuk adanya perbaikan. Okay, kita kerjakan maksimal dua pekan: seminggu merenung, seminggu mulai menulis. Akhirnya tanggal 15 dikirimlah draft yang telah diperbaiki.
Sampai di pembimbing bisa jadi tidak langsung dibalas. Anggap lama-lamanya beliau balas selang seminggu (tanggal 22), kadang bisa jadi lebih lama. Kemudian pembimbing menjadwalkan seminggu lagi bimbingan alias tanggal 29. Tak terasa sebulan waktu sudah berjalan.
Terkadang keraguan dalam memutuskan untuk segera mengirim perbaikan yang justru membuat waktu terasa begitu cepat. Padahal mau ngerasa sesempurna apapun, yang namanya perbaikan dikirim untuk diperbaiki (lagi). Sebagai kaum mendang mending, mending dikirim asal sudah ada bahan untuk menjadi diskusi. Kalau pun ada yang perlu ditambahkan, jeda waktu antara mengirim dengan menunggu balasan dosen digunakan untuk menambahkan bagian yang kurang. Sehingga saat bimbingan kita sudah siap dengan versi perbaikan yang ‘lebih sempurna’.
Waktu terus berjalan, sejam akan berubah menjadi hari. Sehari akan menjadi minggu. Minggu akan jadi bulan. Bulan akan jadi semester dan tak terasa tahun telah berganti. Kecepatan dalam merespons menjadi kunci. Salah masih bisa diperbaiki, tetapi waktu tidak akan bisa diajak kompromi.