Setelah menanti beberapa pekan akhirnya tanggal 1 Desember kemarin saya memasuki tahap ujian komprehensif. Dikenal juga dengan ujian proposal dan saya baru tahu juga ternyata ada level kelulusan. Ada tiga tepatnya: lulus tanpa perbaikan, lulus dengan perbaikan, dan tidak lulus.
Saya biasanya sebelum menapaki tahapan akademik berusaha cari berbagai cerita dan info. Lha kok yang terkait level kelulusan saya kelewat. Baru tau persis pas akan selesai ujian komprehensif. Sampai sehari pasca kompre saya ceritakan ketidaktahuan saya kepada admin prodi dan malah digeguyu. “Oalah Nov Nov yang namanya ujian ya ada begitunya”. Kurang lebih beliau bilang begitu.
Apabila ditanya kesan ujian komprehensif, saya merasa kurang siap dibandingkan dengan seminar proposal. Nyaris tiga pekan proposal tidak saya pegang. Sekitar 10 hari menjelang ujian pun ada saja berbagai deadline yang harus diberesin, baik yang berhubungan dengan akademik maupun organisasi. Namun saya bersyukur, atas izin Allah ujian komprehensif dapat dilalui. Plus dapat berbagai masukan membangun dari penguji maupun pembimbing.
Ada setidaknya tujuh tips ketika ujian kompre. Yang pertama persiapan. Baik persiapan administrasi terkait persyaratan ujian maupun persiapan secara fisik dan mental. Jaga daya tahan tubuh dan siapkan diri untuk benar-benar siap. Masing-masing mahasiswa tentu memiliki cara sendiri. Ada yang menjelang ujian tidak belajar karena khawatir semakin kepikiran. Ada juga beberapa jam sebelum ujian memilih untuk tidur. Itu semua kembali ke masing-masing.
Yang kedua, komunikasi dengan pembimbing dan penguji yang telah ditentukan. Memang untuk jadwal, prodi yang menentukan tetapi komunikasi perlu untuk dibangun. Salah satunya dengan menawarkan hard file proposal. Memang saat ini era paperless tapi sebagian dosen lebih nyaman membaca dan koreksi dengan versi cetaknya. Kemudian juga H-3 sebisa mungkin mengirim file presentasi ke pembimbing. Ini juga sebagai pengingat bahwa pada tanggal sekian ada bimbingan beliau-beliau yang akan ujian.
Ketiga, persiapan yang memadai. Pastikan laptop kondisi baik, wifi oke, ada backup jaringan bahkan listrik. Minimal laptop dalam kondisi full baterai untuk ujian durasi 90-120 menit. Siapkan juga proposal dan power point yang sudah diprint agar mudah ketika mencoret-coret. Kostum juga perlu menyesuaikan ketentuan, apakah putih berdasi atau yang lain. Apabila salah kostum bisa jadi akan membuat down duluan apalagi kalo sampai dikomentarin.
Keempat, tenang dalam membawakan. Sebelum bener-bener ujian perlu dilatih apakah presentasi bisa 20 menit atau bahkan kurang. Tentunya dengan durasi tersebut diperlukan ketenangan dalam membawakan materi. Dan ini perlu dilatih. Power point terlalu banyak kata-kata kadang kelihatan sumpek tapi disisi lain dapat membantu apabila saat pemaparan blank/grogi. Tinggal baca saja. Tapi tetap baiknya apa yang disampaikan tetap eye catching.
Kelima, daya tangkap terhadap pertanyaan maupun masukan penting untuk dicatat. Sejatinya tidak hanya sekadar catatan. Mengingat kecepatan dosen bertanya terkadang tidak sebanding dengan kecepatan kita dalam menuangkan dalam bentuk tulisan. Memang masih bisa tercatat poin-poin. Namun mendapatkan catatan secara penuh akan sangat membantu. Caranya yaitu dengan merekam. Apabila tidak bisa/dibolehkan merekam via zoom, bisa dengan screen record. Kalau di Windows tekan Tombol Windows+ALT+R. Dengan mengulang rekaman tersebut akan memudahkan kita lebih menangkap maksud dari para dosen dibanding hanya sekadar mengandalkan catatan.
Tips selanjutnya tahu saat bertahan dan manut/nurut. Dalam ujian tentunya kita akan diuji terhadap apa yang ditulis. Sehingga ada kalanya perlu mempertahankan pendapat. Tetapi perlu juga manut/mengikuti saran/masukan penguji. Jadi harus tahu kapan bertahan dan kapan mengikuti. Jangan terbalik karena bisa fatal.
Terakhir atau ketujuh, berbagai masukan atau pertanyaan dari dosen perlu dibingkai dalam wujud tabel atau matriks sebagai bahan bimbingan selanjutnya. Matriks disusun sedemikian rupa, bisa diurutkan dari bagian awal proposal hingga akhir. Ini lebih mudah didiskusikan daripada menulis per dosen yang memberikan masukan. Selanjutnya segera komunikasi dengan pembimbing untuk mendiskusikan hasil ujian komprehensif. Tak perlu berlama-lama.
Sebagai penutup, tidak ada usaha tanpa dukungan dan doa. Tentunya apa yang telah dicapai merupakan nikmat-Nya. Dukungan dari orang tua, keluarga, teman, kolega, serta pembimbing juga merupakan hal penting. Termasuk juga dengan kekuatan doa. Doa itu didepan bukan di akhir. Makanya kenapa penguji diawal mempersilahkan untuk berdoa sebelum ujian.
Tambahan:
Pada gambar persyaratan ujian kompre masih ada satu hal yang tertinggal, yaitu: Form kesanggupan penguji yang ditandatangani pembimbing dan penguji.
Bersambung (bagian kedua ada di sini)
Di atas KA Ciremai, area Purwakarta
03-12-2022 Jam 13.25 WIB
Nice. Thank you :))
Terima kasih Hafni