Dunia menjadi semakin digital. Penggunaan teknologi digital yang meningkat secara eksponensial telah mendorong terjadinya disrupsi, termasuk sektor pertanian. Sebagai sektor penjaga ketahanan pangan dan penopang perekonomian nasional, wajah pertanian mengalami banyak perubahan akibat digitalisasi. Hadirnya teknologi digital telah mengubah bagaimana cara orang berkomunikasi, bekerja, belajar, maupun berinteraksi. Kondisi ini juga menjadi tantangan baru bagi penyuluh pertanian bagaimana merespon perubahan masyarakat.
Kajian ini bertujuan mendapatkan wawasan tentang bagaimana teknologi digital mentransformasi sektor pertanian Indonesia dan mengeksplorasi pergeseran peran bagi penyuluh pertanian di era digital. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif, dengan menggunakan metode studi literatur dan online observation dengan teknik Unobtrusive Observation melalui World Wide Web yaitu dengan mengamati dan mempelajari mekanisme yang terjadi di dalam situs platform digital di sektor pertanian. Hasil kajian menunjukkan teknologi digital mengubah sektor pertanian di Indonesia melalui dua cara, yaitu mengubah sistem pangan dan mengubah sistem pengetahuan dan inovasi pertanian.
Perubahan sistem pangan ditandai dengan munculnya empat model platform digital, yaitu model pasar digital (digital marketplace), model pembiayaan berbasis fintech (crowdfunding), model jaringan terlacak rantai pasok, dan model pertanian presisi (precision farming). Perubahan sistem pengetahuan dan inovasi pertanian terlihat dari munculnya platform konsultasi petani (farmer advisory), crowdsourcing, dan citizen science. Studi kami juga melihat digitalisasi menyebabkan transformasi peran penyuluh pertanian.
Secara substansi memang tidak banyak berubah, namun pola dan operasionalnya mengikuti kebutuhan masyarakat digital. Ada pembaruan peran penyuluh menyesuaikan ekosistem digital yaitu penyuluh sebagai informan, konsultan, advisor, fasilitator, mediator, dan promotor. Serta perluasan peran penyuluh di medan baru, yaitu penyuluh sebagai konten creator dan influencer, gatekeeper, translator, sensemaker, expert users, analis big data, data scientist artificial intelligence dan digital twin, decision maker, software developer, dan gamify creator. Oleh karena itu, menjawab dua tantangan besar tersebut, studi ini menawarkan implikasi secara manajerial lembaga penyuluhan maupun personal individu penyuluh pertanian dalam merespon era digital di Indonesia.
Selengkapnya dapat didownload atau melalui link ini.