Sebuah tulisan yang tertera di tempat yang mirip warung. Mirip karena tempat tersebut dalam kesehariannya terdapat meja dan kursi. Namun tak tampak aktivitas jual beli.
Tadi pas lewat berbagai orang dari latar belakang pekerjaan duduk makan bersama. Ada yang memakai jaket jasa pengantaran. Ada juga pengumpul barang bekas. Beberapa orang nampak baju rapi identik dengan orang kantoran.
Biasanya aktivitas bagi makanan gratis ‘identik’ dengan Jumat berkah. Setelah solat jumat ada bagi-bagi makanan. Namun yang Selasa berkah ini nampak lain. Mempersilahkan orang-orang makan di tempat. Bisa juga bungkus bawa pulang.
Menyediakan makan di tempat tentunya bisa jadi ajang membaur orang dari berbagai latar belakang. Apapun pekerjaanya makannya sama-sama di Warung Selasa Gratis. Berbagai bentuk kegiatan makan gratis sejatinya wujud semakin meningkatnya solidaritas sosial. Dibandingkan beberapa tahun lalu, saat ini kegiatan serupa begitu masif.
Bahkan konon Indonesia termasuk negara yang paling dermawan. Ramadhan maupun di luar Ramadhan banyak tangan-tangan baik yang rela berbagi. Atau menjadi perantara untuk berbagi.
Warung Selasa Gratis Makan bagi saya unik. Tim berbagi tugas dan peran dalam berbelanja, memasak, menghidangkan makanan untuk para tamu, juga bersih-bersih perabot ketika acara sudah usai. Banyak tangan yang terlibat.
Menengok ke belakang, tentunya aktivitas ini juga menjadi ‘penggerak’ ekonomi. Satu sisi bahan-bahan yang digunakan dibeli dari para pedagang yang ujungnya petani/klien lainnya. Kemudian sisi lain ada nominal yang dihemat dari para tamu yang ikut sarapan bersama. Anggap saja Rp. 10.000/orang. Tentu uang segini bagi bapak-bapak jasa pengantaran maupun pemulung dapat dialihkan menjadi tempe, tahu, sayur, maupun bahan pangan lainnya. Sehingga hakikatnya tidak satu orang yang dibahagiakan dengan adanya makan gratis tersebut. Namun ada satu keluarga yang turut bahagia.
Ungaran, 6 Zulhijah 1443 H