Pendahuluan
Era globalisasi memberikan tantangan buat setiap negara agar selalu siap dalam menghadapi perkembangan. Globalisasi identik dengan pertarungan pengaruh antar negara maju dengan menyasar negara berkembang. Untuk itu setiap negara menyiapkan sumber daya manusia agar siap dan adaptif terhadap globalisasi.
Dengan jumlah penduduk 270 juta, tentunya Indonesia memiliki potensi besar dalam menghadapi tantangan globalisasi. Menurut BPS (2021) sebanyak 25,87 persennya merupakan generasi milenial dengan rentang umur 24-39 tahun. Apalagi pada 2045 Indonesia ditargetkan mendadi Negara berdaulat, maju, adil, dan makmur. Sehingga sumber daya manusia menjadi aset penting dalam menyongsong masa depan.
Tentunya proses menuju cita-cita tersebut perlu mendapatkan dukungan dari seluruh elemen bangsa termasuk pemuda dan perempuan. Apalagi salah satu agenda Sustainable Development Goals (SDGs) adalah meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan.
Dalam meningkatkan peran perempuan dan pemuda tak lepas dari permasalahan yang dihadapi mereka. Baik masalah terkait akses informasi maupun partisipasi dalam pembangunan. Disisi lain perkembangan teknologi informasi melalui revolusi 4.0 menjadi peluang besar untuk menempatkan pemuda dan perempuan dalam posisi strategis. Makalah ini akan mengulas tentang peningkatan akses teknologi informasi mendukung peran pemuda dan perempuan di era Revolusi 4.0
Permasalahan Pemuda dan Perempuan dalam Pembangunan
Pembangunan masyarakat merupakan fenomena sosial berupa proses perubahan menuju kondisi kehidupan yang lebih baik (Soetomo, 2012). Dalam proses perubahan ini terjadi interaksi antar masyarakat, pelibatkan pengalaman secara kolektif, serta pemanfaatkan potensi yang ada (Ife & Tesoriero, 2016).
Namun saat ini masih ditemukan pelibatan dan pemanfaatan potensi pemuda serta perempuan yang belum optimal dalam rangka pembangunan. Menurut Tamalene et al., (2021) perempuan masih mengalami ketertinggalan dalam hal kebebasan berpendapat dan berpolitik yang disebabkan faktor norma budaya masyarakat. Sementara itu disebagai tempat masih memposisikan perempuan untuk urusan domestik dalam keluarga. Mulrean (2020) menyampaikan bahwa perempuan kurang terwakili dalam angkatan kerja sehingga potensi diri mereka belum termanfaatkan.
Permasalahan lainnya masih adanya sikap apatis sebagian pemuda terhadap proses pembangunan. Sehingga partispasi mereka dalam pembangunan tidak optimal. Hal ini ternyata disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, dan ketidakpercayaan mereka terhadap pemerintah (Al Faza et al., 2020).
Namun seiring dengan adanya perubahan paradigma pembangunan dari top down menjadi bottom up, membawa angin segar untuk lebih melibatkan perempuan dan pemuda dalam pembangunan. Hadiyanto,(2008) menyatakan perlunya ditumbuhkan keyakinan bahwa setiap individu atau kelompok dapat berpatsipasi dalam pembangunan
Komunikasi Pembangunan Meningkatkan Peran Pemuda & Perempuan
Komunikasi pembangunan oleh Jenatsch & Bauer (2016) dimaknai sebagai alat untuk transformasi sosial politik menggunakan metode komunikasi interpersonal, media komunitas dan teknologi informasi modern. Dalam komunikasi pembangunan tujuan yang ingin dicapai adalah penguatan dialog antar pihak. Sebab dengan adanya dialog akan meningkatkan rasa kepemilikan dan dampak yang berkelanjutan.
Empat prinsip dalam komunikasi pembangunan meliputi: memfasilitasi akses informasi, merangsang partisipasi, memberdayakan masyarakat, serta mempengaruhi kebijakan publik. Salah satu masalah yang paling penting dalam meningkatkan peran pemuda dan perempuan dalam pembangunan adalah akses informasi. Sebab akses informasi terkait ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi kinerja dan kualitas perempuan dalam pembangunan (Tamalene et al., 2021).
Dengan adanya peningkatan akses informasi diharapkan dapat merangsang partisipasi pemuda dan perempuan dalam pembangunan. Dari akses informasi pemuda dan perempuan akan mendapatkan informasi maupun ide-ide yang membantu mereka dalam mengidentifikasi permasalahan serta menemukan solusinya. Hal ini tentunya akan merangsang partisipasi (ciri pembangunan bottom up) dari masyarakat. Yang pada akhirnya partisipasi merupakan awal dari pemberdayaan masyarakat. Karena dengan pemberdayaan akan terlihat keterlibatan pemuda dan perempuan dalam sistem yang lebih luas.
Meningkatkan Peran Pemuda dan Perempuan Melalui Akses Teknologi Informasi
Globalisasi saat ini identik dengan perkembangan teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi memegang peran penting dalam proses komunikasi pembangunan. Melalui pemanfaatan teknologi akan terjadi pertukaran informasi dan peningkatan ketrampilan (Jenatsch & Bauer, 2016). Sehingga pemanfaatan teknologi informasi dapat menyebabkan transformasi perubahan sosial ke arah yang lebih baik melalui inovasi (Kumar, 2011)
Teknologi informasi tak lepas dari akses internet. Hampir aktivitas kehidupan dan lapisan masyarakat terhubung dengan internet. Dalam survey pada kuartal II 2020, akses internet di Indonesia telah menjangkau 196,7 juta pengguna (APJII, 2020). Tentunya hal ini perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan peran pemuda dan perempuan dalam pembangunan. Laporan BPS mengungkapkan bahwa pada periode 2016-2020, pengunaan internet perempuan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kemudian penggunaan internet di perdesaan juga mengalami kenaikan. Hal ini tentunya bisa menjadi strategi dalam memberdayakan perempuan dan masyarakat di perdesaan (terutama pemuda) melalui internet.
Penelitian yang dilakukan Andiyansari (2014) ini menunjukkan bahwa terdapat sebuah proses transformasi dari masyarakat pedesaan menuju masyarakat informasi melalui pemanfaatan internet sebagai media akses informasi. Sehingga pemuda dan perempuan perlu dibekali kemampuan menggunakan internet/teknologi informasi (literasi) untuk menjadi lebih berpengetahuan dan terampil.
“Perkembangan revolusi 4.0 memiliki kekuatan untuk mengubah proses produksi, bisnis pemerintahan, pendidikan, partisipasi waga, hingga aspek lainnya. Sehingga akses dan penggunaan teknologi dan inovasi sangat penting sangat penting untuk pengurangan kemiskinan, peningkatan inklusi sosial, dan penciptaan kehidupan yang lebih baik untuk semua” (Lie, 2002:422).
Saat ini guna meningkatkan peran pemuda dan perempuan dalam pembangunan berbagai pihak memberikan akes informasi dan pelatihan-pelatihan. Kalau dahulu informasi terbatas secara jangkauan, saat ini dengan perkembangan teknologi jangkauan informasi menjadi lebih luas. Khalayak lebih mudah mendapatkan informasi bahkan mengakses berbagai pelatihan berbasis digital.
Sehingga menguasai kemampuan dasar penggunaan gadget perlu juga menjadi bekal pemuda dan perempuan agar lebih banyak pelatihan yang akan mereka dapatkan. Yang terpenting juga keterampilan yang diberikan perlu menyesuaikan kebutuhan mereka. Griffin (2012) menyatakan bahwa media yang sama belum tentu akan mempengaruhi semua orang dengan cara yang sama, mengingat latar belakang tidak identik satu sama lain.
Saat ini berbagai pelatihan berbasis digital dan UMKM telah merambah pemuda dan perempuan termasuk juga hingga pedesaan. Teknologi informasi tersebut telah membantu perempuan dalam mempelajari dan mendapatkan ketrampilan baru serta menghubungkan dengan orang yang lebih banyak (jaringan). Teknologi informasi juga membuat peluang keikutsertaan perempuan teriutama ibu rumah tangga semakin besar. Mengingat sifat pelaihan yang tidak kaku dan dirasa cocok untuk para ibu rumah tangga. Dalam penelitian Laksmanawati & Yuniawan, (2021) menyebutkan digitalisasi memberikan peluang bagi perempuan untuk mrintis usaha keci baru. Perkembangan teknologi informasi juga memudahkan perempuan dalam menawarkan produk tanpa harus door to door sehingga lebih efektif dan efisien.
Saat ini dapat kita lihat banyak penjualan produk dan jasa melalui platform digital baik itu facebook, instagram, dan toko online yang melibatkan perempuan, termasuk ibu rumah tangga. Usaha yang mereka lakukan tentunya tidak terlepas dari kehadiran orang lain yang membantu (support system) mengolah suatu produk hingga terkirim/ dinikmati konsumen. Tentunya hal ini akan menciptakan lapangan-lapangan kerja baru yang berdampak positif terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Kampung Marketer yang ada di Purbalingga bisa menjadi contoh mengenai pemanfaatan teknologi informasi mampu meningkatkan peran pemuda dan perempuan. Menurut Mahmud; et al., (2019) melalui Kampung Marketer pemuda dan perempuan dibekali dengan pengetahuan mengenai online marketing. Kemudian mereka terhubung kepada perusahaan yang memerlukan jasa terkait customer service, advertiser, social media admin, maupun content writer. Dari sini terjadi proses pemberdayaan dah hubungan antara pemuda-perempuan di desa dengan pengguna jasa (perusahaan) di kota.
Adanya Kampung Marketer tentu membuat pemuda dan perempuan tidak pelu merantau ke luar dari desa dalam rangka mencari penghidupan. Pekerjaan dapat dilakukan di rumah bahkan bisa multi tasking dengan pekerjaan yang lain. Sehingga menjadikan perempuan lebih berdaya.
Penutup
Digitalisasi dapat membantu menciptakan kesetaraan gender yang lebih besar. Terlebih lagi akan lebih banyak peluang bagi perempuan. Perempuan adalah pemenang di era digital yang akan datang karena keterampilan interpersonal mereka seringkali lebih baik daripada pria. Keterampilan sosial, seperti empati dan kemampuan kepemimpinan, akan sangat penting di pasar tenaga kerja di masa depan, karena keterampilan ini tidak mungkin diganti dengan kecerdasan buatan di masa mendatang.
Peningkatan peran pemuda dan perempuan melalui teknologi informasi perlu didukung dengan akses infrastruktur yang memadai. Serta perlu adanya pendampingan agar lebih terarah. Disisi lain peningkatan pemuda dan perempuan dalam berusaha di bidang digital melalui berbagai jenis produk atau jasa perlu mendapatkan perlindungan dari pemerintah. Mengingat salah satu kelemahan dari digitalisasi adalah tindak pidana pencurian data.
Pustaka
Al Faza, F., Lestari, D. P., & Abstrak, I. A. (2020). Sikap Apatis Pemuda terhadap Politik di Dusun Mekarsari Desa Kalibeber Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo. Unnes Political Science Journal, 4(2), 51–54. https://doi.org/10.15294/upsj.v4i2.26219
Andiyansari, P. (2014). Studi Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan Melalui Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Jurnal Penelitian Pers Dan Komunikasi Pembangunan, 18(2), 117–130. https://doi.org/10.46426/jp2kp.v18i2.14
APJII. (2020). Laporan Survei Internet APJII 2019 – 2020. In Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (Vol. 2020). https://apjii.or.id/survei
BPS. (2021.). Hasil Sensus Penduduk 2020. Badan Pusat Statistik. https://www.bps.go.id/website/materi_ind/materiBrsInd-20210121151046.pdf
BPS. (2021). Statistik Telekomunikasi Indonesia 2020. https://www.bps.go.id/publication/2021/10/11/e03aca1e6ae93396ee660328/statistik-telekomunikasi-indonesia-2020.html
Griffin, E. (2012). A First Look at Communication Theory (Eighth Edi). The McGraw-Hill Companies, Inc.
Hadiyanto. (2008). Komunikasi Pembangunan Partisipatif: Sebuah Pengenalan Awal. Jurnal Komunikasi Pembangunan, 6(2), 246359. https://doi.org/10.29244/jurnalkmp.6.2.%p
Ife, J., & Tesoriero, F. (2016). Community Development Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi (Cetakan Ke). Pustaka Pelajar.
Jenatsch, T., & Bauer, R. (2016). Communication for development: A practical guide. Swiss Agency for Development and Coorperation (SDC).
Kumar. (2011). Development Communication : a Purposive Communication With Social Conscience – an Indian. Global Media Journal, 2(2), 1–21.
Laksmanawati, J., & Yuniawan, A. (2021). Women and the Digitalization Strategies of Micro, Small, and Medium Enterprises in the New Normal Era. Petra International Journal of Business Studies, 4(1), 55–64. https://doi.org/10.9744/ijbs.4.1.55-64
Lie, R. (2002). Community Development and the Internet. In J. Servaes (Ed.), Approaches to Development Communication (pp. 1–40). UNESCO.
Mahmud;, I., Wijaya, M., & Kartono, D. T. (2019). Kampung marketer sebagai pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan online marketing di era revolusi industri 4.0. Prosiding Seminar Nasional Ilmu Sosial Dan Politik: Media Baru Dan Wajah Masyarakat Pasca Revolusi Industri 4.0, 1(November), 22–29. https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/66891/Kampung-Marketer-sebagai-Pemberdayaan-Masyarakat-melalui-Pendidikan-Online-Marketing-di-Era-Revolusi-Industri-40-Studi-Kasus-Desa-Tamansari-Karangmoncol-Purbalingga
Mulrean, C. (2020). Women in the Fourth Industrial Revolution : A Gendered Perspective on Digitalization in Kenya , Nigeria and South Africa (Issue July). https://www.ie-ei.eu/Ressources/FCK/image/Theses/2020/MULREAN_Thesis_GEGPA_2020.pdf
Soetomo. (2012). Keswadayaan Masyarakat Menifestasi Kapasitas Masyarakat Untuk Berkembang Secara Mandiri (Cetakan I). Pustaka Pelajar.
Tamalene, A., Sandanafu, S. P., & … (2021). Pembangunan Ekonomi Berwawasan Gender. Masihkah Berlaku Di Era Revolusi Industri 4.0 (Sebuah Perspektif Sosial Ekonomi). Jurnal Inovasi …, 1(9). https://stp-mataram.e-journal.id/JIP/article/view/368