Proses penelitian menuntut kemandirian. Adanya kebebasan dalam proses studi bisa menimbulkan gejolak diri. Untuk itu diperlukan perencanaan dan eksekusi yang matang.
Pada proses memasak setidaknya ada lima tahapan: apa yang mau dimasak, apa saja bahannya, bagaimana bahan tersebut diperoleh, bagaimana proses masaknya, serta bagaimana penyajiannya. Tahapan tersebut bisa menjadi analogi dalam menyusun tesis. Tugas akhir jenjang pascasarjana ini memang unik. Tidak bisa digeneralisasi seperti skripsi. Sebab jenjang pascasarjana menuntut lebih banyak kemandirian.
Dalam proses penelitian ada banyak pintu masuk. Apakah fokus pada metode kuantitatif atau kualitatif terlebih dahulu baru yang lain menyesuaikan. Ibarat ketika masak, fokus kepada cara masak digoreng atau dikukus sedangkan bahan hingga proses penyajiannya mengikuti. Yang penting digoreng.
Atau bahkan bertolak dari topik misalnya terkait perubahan iklim sedangkan yang lainnya menyesuaikan topik tersebut. Pokoknya harus perubahan iklim. Ibarat masak yang penting bahan utamanya daging sapi has dalam. Untuk cara masak hingga penyajiannya mengikuti saja.
Seringkali mahasiswa menuntut dirinya sendiri tidak fleksibel terhadap apa yang akan dilakukannya. Akibatnya dia tersandera dengan topik/metode/teknis analisis yang dibuatnya. Tanpa dukungan dari lingkungan sekitar, hal ini berpotensi membuat yang bersangkutan tertekan dan pada akhirnya menghilang.
Proses tesis memang menuntut kemandirian, tidak bisa sangat tergantung pada dosen. Begitu pula tergantung pada teman. Namun inisiatif menjadi sangat penting. Inisiatif untuk memulai, untuk mengajak berkomunikasi, atau mengungkapkan kendala. Tidak semuanya disimpan sendiri. Tidak pula semua-semua atau sedikit-sedikit diungkapkan. Yang ada malah lawan diskusi jenuh.
Yang paling penting juga perencanaan dan eksekusi harus tepat. Dalam 5 tahapan proses memasak tadi idealnya semuanya dilaksanakan sesuai perencanaan. Namun seringkali karena durasi waktu yang terbatas, biaya yang terbatas, sumber daya yang terbatas membuat ada printilan/hal-hal yang dikorbankan. Yang jelas perlu pintar-pintar menyiasati agar ketika presentasi masakan yang disajikan cocok di lidah semua orang. Kalaupun ada ketidaksukaan hanya hal minor, misal kurang asin sedikit atau kurang hiasan.
Pada akhirnya dalam memasak bukan berarti asal masakan tersebut tersaji. Namun juga menuntut keterlibatan diri dalam semua proses yang harus dijalani. Jangan instant misal “minta bantuan joki”. Dibantu untuk analisis tidak masalah, dibantu untuk membuat kerangka penelitian tidak masalah. Yang penting keterlibatan diri dalam semua proses tersebut menjadi penting. Selamat berproses.
Kusu, 20 Ramadhan 1445 H