Tugas akhir merupakan fase terakhir dari suatu jenjang studi. Harus dilalui agar lulus dan mendapatkan ijazah. Seringkali mahasiswa bingung ketika menghadapi fase ini. Kebingungan tersebut disebabkan pemilihan topik apa yang akan diambil. Belum lagi dalam menentukan fokus maupun lokus, metode, dan sejenisnya.
Terkadang antara realita dan idealis berbenturan. Inginnya ini tetapi pembimbing mengarahkan yang itu. Nah pada fase ini seringkali ada waktu yang terbuang untuk memikirkan. Padahal apabila itu bukan hal yang prinsip, mengikuti dosen tentu pilihan bijak. Menurunkan ego juga menjadi penting dalam menghadapi fase ini.
Ada dua hal yang penting untuk melalui fase tugas akhir dengan mudah. Yaitu kedekatan topik serta kedekatan jarak. Minimal salah satunya terpenuhi, maka potensi penelitian lancar akan lebih besar. Kedekatan topik lebih ke bagaimana mahasiswa sudah mempunyai bekal maupun memiliki ketertarikan terhadap isu tertentu.
Misalnya mahasiswa tertarik pada isu lingkungan perubahan iklim. Maka penelitian dengan topik perubahan iklim bisa menjadi alternatif tugas akhir. Minimal sudah ada bekal pengetahuan awal yang akan dipadukan dengan keingintahuan. Dalam pencarian berbagai literasi pun akan terasa menyenangkan.
Yang kedua terkait kedekatan jarak. Terutama penelitian sosial biasanya terkait dengan turun lapang. Ada jarak dan waktu yang diperlukan dari home base (kampus/rumah) ke lokasi penelitian. Untuk itu memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau tentu menjadi penting. Sebab apabila susah dijangkau tentu akan ada lebih banyak sumber daya yang dikeluarkan, baik itu waktu, energi, pikiran, dan juga uang.
Kedekatan jarak bukan berarti dekat secara kilometer, tapi diukur dari sumberdaya yang dimiliki. Bisa jadi mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta lebih ngerasa dekat penelitian di Kompleks DPR Pusat dibandingkan penelitian di pelosok Gunung Kidul. Karena penelitian itu tidak sekali datang langsung jadi, maka faktor kedekatan jarak perlu menjadi pertimbangan utama.
Apabila salah satu atau dua hal tersebut sudah dimiliki, maka potensi penelitian lancar akan semakin besar. Tinggal bagaimana mengelola manajemen waktu, pikiran, maupun perasaan. Sebab penelitian tidak hanya tentang bagaimana kita berpikir tapi bagaimana kita mengelola perasaan agar tidak mudah baperan.