Sejumlah 365 hari hampir berlalu. Apalagi kami di Indonesia Timur dua jam lebih cepat dibandingkan mereka yang berada di wilayah barat. Pada tahun ini setidaknya mengalami dua fase yang berbeda. Fase menjadi mahasiswa dan kembali bekerja.
Flash back ke belakang, bisa lulus tepat waktu merupakan anugerah yang luar biasa dari Yang Maha Kuasa. Bagaimana tidak, rasanya kuliah benar-benar diburu-buru lulus oleh sponsor dengan berbagai konsekuensi yang menyertai apabila tidak lulus. Mulai dari bayar sendiri biaya apabila lewat dua semester. Bahkan ancaman TGR (tuntutan ganti rugi). Apalagi pada tahun ini keluar hasil pemeriksaan BPK yang menyebutkan puluhan orang wajib mengembalikan sejumlah rupiah. Mulai dari ratusam ribu hingga puluhan juta. Bahkan yang studi di luar negeri sampai angka M.
Tentu hal tersebut yang memaksa diri untuk memaksa dosen agar studi bisa on the track. Meski agak mleset sedikit. Yang awalnya dua tahun bisa wisuda. Namun dua tahun bisa yudisium. Syukur.
Pasca lulus pun tantangan beralih ke dunia kerja. Transformasi lembaga membawa konsekuensi yang tidak mudah. Kembali ke kantor dengan banyak pegawai yang pindah ke Jawa (dinamika BRIN) tentu ada nuansa yang lain. Ada gap antara senior dan junior yang begitu kentara, terutama dalam hal komunikasi.
Gen Z tentu pola komunikasi yang diterapkan berbeda dengan gen Y bahkan X. Pendekatan yang kurang tepat membuat suasana kantor kurang kondusif. Begitu kira-kira yang dapat saya tangkap di awal masuk.
Begitu masuk di posisi strategis hal utama yang dilakukan adalah mendengar sebanyak-banyaknya terhadap keluhan, kendala, kebutuhan, maupun keinginan. Dan ternyata memang benar, tidak adanya jalur komunikasi yang rutin (re: rapat rutin) sepertiny yang dulu-dulu membuat banyak hal yang dipendam. Termasuk berbagai isu liar yang sejatinya dari pimpinan kebijakan X tapi diterjemahkan oleh oknum menjadi X-1 yang kemudian menyebar ke yang lain.
Singkat cerita, akhirnya pertemuan secara rutin mulai terjadwal. Apa fungsi pertemuan rutin? Agar segala informasi maupun kebijakan terinformasikan. Dan apabila ada hal yang perlu segera diambil tindakan, segera dieksekusi.
Hal yang paling mencolok ketika kembali bekerja adalah tenggelamnya dalam dunia administrasi. Di masa kuliah masih sempat menghasilkan tiga tulisan per bulan. Sejak kembali bekerja, satu tulisan saja terasa susah. Hingga akhirnya saya putuskan untuk migrasi ke penyedia hosting dan domain. Biaya lebih mahal dan inilah yang dijadikan motivasi agar lebih produktif.
Kalo cari yang murah malah tidak produktif mending agak mahal biar ada tuntutan untuk lebih produktif. Sebab ada berbagai hal yang dapat disajikan di website ini. Meskipun penyajian konten melalui tulisan kalah pamor dengan video (tiktok atau sejenisnya). Namun setidaknya orang-orang yang mampir ke sini adalah pilihan. Karena setiap tulisan tentu memiliki pangsa pembaca sendiri-sendiri. Kembali ke niat awal menulis, agar apa yang ada dipikiran terdokumentasikan.