Kelurahan Jaya, Kota Tidore Kepulauan merupakan wilayah yang memiliki ketinggian sekitar 400 mdpl. Siang itu, sepanjang jalan di kanan kiri terhampar perkebunan warga yang ditanami berbagai tanaman mulai dari pala, pisang, singkong, dan tentu saja cengkih. Saat ini di Keluarahan Jaya sedang berlangsung panen raya cengkih. Tak heran di tepi jalan terparkir motor-motor para pemetik cengkih.
Memasuki pemukiman, sepanjang jalan ditepi-tepinya terhampar terpal sebagai alas penjemuran cengkih. Hampir di setiap rumah terdapat jemuran cengkih. Didekat jemuran cengkih sudah ada ibu-ibu yang bersiaga jika hujan melanda. Maklum saat itu langit sudah mulai mendung.
Kali ini BSIP Maluku Utara tidak sedang mengulik lebih dalam tentang cengkih, tetapi tentang produk unggulan di Kelurahan Jaya yakni sagu kasbi. Olahan sagu kasbi berupa sagu lempeng merupakan olahan pangan lokal yang praktis dibandingkan pangan utama lainnya. Penyajiannya cukup dengan dicelupkan ke dalam kopi atau teh lalu dimakan.
Tahun ini BSIP Maluku Utara mendorong adanya rancangan dokumen SNI olahan sagu untuk disusun sebagai acuan dalam memproduksi sagu kasbi. Untuk itu sejak bulan Juli yang lalu BSIP Maluku Utara telah menggali berbagai masukan dari pelaku usaha olahan sagu kasbi. Dalam setiap kesempatan turut diidentifikasi 18 parameter cara produksi pangan olahan yang baik (CPPOB). CPPOB ini merupakan acuan awal bagi pelaku usaha untuk meningkatkan kualitas produksi olahan sagu kasbi.
Sebagai informasi tambahan, sagu kasbi (sagu lempeng) memiliki nilai strategis untuk pengembangan pangan lokal bahkan regional. Sebab produk tersebut merupakan olahan yang rendah gula, sehingga sangat cocok untuk penderita diabetes. Di Kelurahan Jaya sendiri sagu lempeng saat ini memiliki dua jenis, yaitu sagu original serta sagu aneka rasa. Untuk sagu aneka rasa terdiri dari berbagai varian yaitu: coklat, stroberi, jeruk, mangga, kelapa, dan ikan. Sejatinya empat variasi rasa di awal merupakan bentuk inovasi sagu lempeng oleh BPTP Maluku Utara pada 2007. Ya pada tahun tersebut ada kegiatan Primatani, bahkan plang nama kegiatan tersebut masih ada.
Pada awal identifikasi di Kelurahan Jaya setidaknya terdapat empat kelompok pelaku usaha sagu lempeng, yaitu. Tagafura, Lingalamo, Soakonora, dan Nyihalaka. Setiap kelompok terdapat 10-12 anggota. Setiap pelaku usaha mampu menghasilkan 300-400 lempeng/produksi. Produksi sagu lempeng biasanya seminggu sekali. Kemudian untuk sagu aneka rasa diproduksi sebulan sekali yang menghasilkan 100-200 bungkus. Tiap bungkus berisi tiga sagu lempeng aneka rasa dengan berat 180 gram.
Ada yang unik dari usaha sagu lempeng terkait bahan baku. Singkong (kasbi) yang menjadi bahan utama sagu lempeng didatangkan dari Jailolo (Halmahera Barat). Dengan harga Rp 100.000/karung (sekitar 25 kg), kasbi sudah berada di depan rumah. Padahal di sepanjang jalan Kelurahan Jaya terdapat spot-spot kebun singkong. Alasan yang disampaikan informan, lebih ke praktis saja memilih membeli daripada memanen singkong di kebun sendiri. Namun apabila diulik lebih dalam bisa jadi kebun singkong tersebut merupakan lumbung pangan untuk keadaan tertentu, misalnya kerawanan pangan maupun susahnya akses singkong dari Jailolo.