Tak terasa satu bulan berlalu sejak dinyatakan lulus (kembali) dari Perguruan Bulaksumur. Ditengah tekanan selama dua tahun, lulus tepat waktu ibarat oase di padang gurun. Terasa plong dan segar.
Ada setidaknya dua hal yang didapatkan dari Gadjah Mada. Pertama, menekankan agar tidak cepat berpuas diri. Lulus tidak hanya dengan ijazah dan publikasi tidak sebatas submit. Tetap harus diupayakan publish. Ikut serta dalam kegiatan hibah yang target submit satu jurnal, tetapi didorong oleh dosen kalo bisa tiga mengapa tidak. Hasil penelitian tesis juga ternyata bisa menjadi HKI tidak sebatas tesis tebal. Hal-hal tersebut menuntut untuk terus-terusan belajar. Belum lagi lepas studi diminta untuk mempersiapkan diri (kalo bisa) lanjut pada jenjang yang lebih tinggi.
Yang kedua, tetap terhubung. Bukan berarti ketika lulus langsung lost contact dengan kampus, teman, bahkan dosen. Kemarin meski sudah kembali bekerja berhasil menginisiasi webinar pengalaman A-Z di prodi dari beberapa teman yang lulus tepat waktu. Terhubung itu penting, bahasa lain dari berjejaring atau silaturahmi.
Kuliah itu ada tahap-tahapnya: ada masa teori dan penelitian. Ada juga fase menyusun proposal, seminar proposal, ujian komprehensif, hingga yudisium yang tahapan-tahapan tersebut memerlukan tips/kiat agar melaluinya dengan selamat.
Minimal ada info-info awal sebagai bagian dari mitigasi. Saya ingat beberapa teman yang sering zoom dengan kating-katingnya relatif lancar proses studinya bahkan lulus lebih cepat. Sebab melalui keterhubungan ini, akan banyak informasi yang bahkan di buku panduan studi pun tidak ada. Ingat-ingat untuk: terus belajar dan tetap terhubung.
Sofifi, 31 Agustus 2023