Migrasi penduduk desa ke kota dianggap sebagai salah satu tantangan pembangunan. Arus migrasi ini disebabkan oleh minimnya keterampilan, kesempatan, dan peluang kerja yang ada di pedesaan. Perkotaan dipandang lebih memberikan banyak pilihan pekerjaan dibandingkan pedesaan.
Saat ini terjadi disrupsi revolusi 4.0 yang ditandai perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang masif. Adanya perkembangan TIK dari sisi fungsi, kapasitas, dan aksesibilitas dapat mendorong masyarakat pedesaan mendapatkan keterampilan dan jangkauan pasar maupun pekerjaan yang lebih luas. Sehingga pemanfaatan TIK dapat menjadi bentuk rekayasa sosial dalam rangka menjadikan hidup yang lebih baik.
Sementara itu tingkat penggunaan TIK untuk pengembangan usaha di pedesaan masih tergolong rendah. Menurut Davies (2021) tantangan pemanfaatan TIK di pedesaan tidak sepenuhnya terkait geografis dan infrastruktur tetapi juga pola adopsi individu dan sosial ekonomi (pendapatan, pendidikan dan sektor pekerjaan). Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu jalan yang dapat ditempuh.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya perubahan sosial ke arah yang lebih baik. Namun seringkali dalam proses pemberdayaan, masyarakat hanya dipandang sebagai subyek. Sehingga keberhasilan-keberhasilan yang dicapai hanya diukur secara ekonomi dan fisik. Pemberdayaan melalui pembangunan berpusat pada manusia (people centered development) menjadi alternatif guna lebih melibatkan masyarakat dan hasilnya lebih mengena.
Pembangunan berpusat pada manusia sesungguhnya lebih menekankan pada pemberdayaan manusia melalui peningkatan kapasitasnya. Sehingga masyarakat mampu mengendalikan kehidupan mereka sendiri dengan mengelola sumber daya yang ada. Pembangunan berpusat pada manusia dirancang untuk mendorong partisipasi aktif dan inisiatif dari masyarakat.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pemanfaatan TIK
Perkembangan TIK saat ini memegang peranan penting bagi kehidupan. Diantaranya untuk pemecahan berbagai permasalahan serta membuat pekerjaan lebih efektif dan efisien. Sehingga peluang ini perlu ditangkap juga oleh masyarakat desa. Teladan menarik hadir dari keberadaan Kampung Marketer. Kampung Marketer yang berada di Purbalingga diinisiasi oleh sosok pemuda bernama Rofi Bayu Darmawan
Apa yang di Kampung Marketer merupakan wujud implementasi pemberdayaan berbasis TIK. Apabila dilihat lebih dalam, konsep pemberdayaan yang digunakan mengacu pada pemenuhan kebutuhan dasar yang juga sebagai indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kebutuhan dasar yang dimaksud meliputi penciptaan lapangan kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat (terutama pendidikan dan kesehatan). Ketiga hal ini tereksekusi dengan baik di Kampung Marketer.
Tantangan bahwa sumber daya manusia pedesaan kurang terampil dijawab melalui berbagai pelatihan dan pendidikan terkait teknologi digital khususnya mengenai pemasaran digital. Materi yang diajarkan disesuaikan dengan kebutuhan pasar/klien. Materi tersebut antara lain mengenai pengetahuan pemasaran, penelitian produk, copywriting, iklan di media sosial, serta literasi keuangan. Melalui berbagai pelatihan dan pendidikan tersebut terjadi perubahan sosial pada peran warga menjadi sosok customer service, advertiser. admin media sosial, serta berbagai peran yang diperlukan oleh pelaku bisnis.
Keberhasilan Kampung Marketer dalam memanfaatkan TIK dan menggandeng mitra membuat terciptanya berbagai kesempatan kerja. Pekerja yang bergabung mulai dari lulusan SMP sampai jenjang sarjana bergabung. Fenomena ini menjadi bukti bahwa rekayasa sosial melalui peran teknologi mampu menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan menghambat arus urbanisasi.
Dampak positif Kampung Marketer juga dirasakan warga sekitar. Masyarakat mendapatkan peluang usaha melalui berbagai usaha seperti restoran, penginapan, laundry, hingga katering. Tentu dampak ekonomi itu dapat membuka lapangan kerja lainnya. Adanya geliat ekonomi di Kampung Marketer turut mengubah tingkat kebutuhan dasar masyarakat menjadi lebih baik. Pada awalnya di Kampung Marketer, rata-rata pendidikan warga hanya sampai jenjang SMP dan hanya sedikit yang sarjana. Namun dengan dampak ekonomi dari Kampung Marketer, masyarakat dapat meraih jenjang pendidikan lebih tinggi. Bahkan warga dapat membeli rumah dan tanah.
Yang menarik generasi lansia (baby boomers) tetap dilibatkan dalam aktivitas Kampung Marketer. Melalui Saung Makaryo, lansia didorong untuk memproduksi berbagai kerajinan yang nantinya dijual oleh jaringan pada Kampung Marketer. Masyarakat disabilitas difasilitasi melalui program Brayan Majeng. Penyandang disabilitas menjadi customer service ataupun advertiser. Hal ini menjadi bukti bahwa Kampung Marketer berhasil melakukan pemberdayaan dengan melibatkan semua elemen masyarakat desa.
Perubahan Sosial Akibat Pemanfaatan TIK
Perubahan sosial yang terjadi di Kampung Marketer menjadi bukti bahwa masyarakat desa mampu berdaya dengan pemanfaatan TIK. Melalui peningkatan kapasitas SDM dengan berbagai pelatihan dan pendidikan menjadikan masyarakat menjadi lebih cakap terhadap teknologi. Yang pada akhirnya mampu menolong diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Success story Kampung Marketer dapat menjadi model bagi daerah lain untuk membangun wilayah melalui pemanfaatan TIK. Tidak harus sama seperti Kampung Marketer. Yang penting mampu menjawab persoalan dan kebutuhan masyarakat. Apalagi saat ini akses internet sudah semakin cepat dan terjangkau. Termasuk yang dilakukan oleh Telkom Indonesia melalui layanan yang dihadirkan IndiHome. Dengan penguasaan 80% pangsa pasar fixed broadband menegaskan bahwa IndiHome memiliki peran strategis dalam mendukung perkembangan masyarakat Indonesia melalui TIK. Sehingga IndiHome semakin menegaskan sebagai Internetnya Indonesia.
Masyarakat perlu memanfaatkan internet untuk menjawab permasalahan dan mempermudah kehidupannya. Melalui berbagai kegiatan pemberdayaan maupun peningkatan kapasitas sumber daya manusia diharapkan masyarakat menjadi lebih cakap terhadap teknologi. Yang pada akhirnya masyarakat mampu menolong diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.