Ketika bongkar-bongkar folder, menemukan file lama. Sebuah tulisan esai yang waktu itu diikutkan pada lomba yang diadakan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia. Sepuluh tahun lalu lomba tersebut berlangsung. Tentunya perkembangan daerah yang saya ulas sudah berbeda dibandingkan saat ini. Terutama ketika jalur selatan yang melintas di Kawasan Samas semakin lebar dan tembus ke Parangtritis. Namun setidaknya tulisan ini menjadi bagian rekaman bagaimana Kawasan Samas dahulu. Serta harapan waktu itu. Kemudian kita hubungkan dengan perkembangan saat ini
____
Salah satu anugerah yang dimiliki Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah batas wilayah sebelah selatan berupa Samudera Indonesia, sehingga DIY memiliki garis pantai yang membentang dari timur ke barat sepanjang 113 km. Bahkan 3 dari 5 kabupaten/kota memiliki garis pantai, salah satunya Kabupaten Bantul yang mempunyai panjang garis pantai 17 km. Bantul merupakan salah satu daerah yang memiliki beberapa pantai, sebut saja Pantai Parangtritis, Parangkusumo, Depok, Samas, Pandansari, Gua Cemara, Pantai Baru, dan Kuwaru. Sehingga objek wisata pantai merupakan andalan Bantul dalam pemasukan pendapatan asli daerah (PAD). Pada tahun 2012 target PAD dari sektor pariwisata (termasuk didalamnya objek wisata pantai) adalah Rp 7.6 Miliar, maka tidak mengherankan Pantai Parangtritis menjadi ikon pariwisata Kabupaten Bantul.
Sebenarnya ada salah satu pantai yang keberadaannya relatif sudah lama tetapi pantai ini seperti tertutupi nama besar Pantai Parangtritis, pantai tersebut bernama Pantai Samas. Ada beberapa sebab mengapa Pantai Samas popularitasnya menurun yang ditandai dengan tingkat kunjungan wisatawan yang minim. Pertama mengenai kebersihan, pesisir Samas kebersihannya kurang terjaga dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sampah yang berserakan, baik sampah yang berasal dari pemukiman, yang terbawa ombak, maupun yang berada di Muara Samas, serta anjing-anjing peliharaan warga yang berkeliaran dan membuang kotoran sembarangan. Penempatan jala yang seenaknya juga membuat bau kurang sedap serta kurang nyaman dipandang mata. Selain itu masih ada kesan Samas tempat memadu kasih pasangan yang tidak sah termasuk masalah prostitusi.
Kedua terkait infrastruktur, jalanan di kawasan Samas banyak yang aspalnya terkelupas, sehingga ketika hujan akan menimbulkan genangan. Selain itu juga banyak bangunan yang tidak terawat dengan baik, mulai dari WC umum yang bangunannya sudah lusuh, masjid yang kotor, juga sisa bangunan yang dibongkar yang dibiarkan mangkrak. Seharusnya permasalahan-permasalahan tersebut perlu segera ditangani agar mampu membersihkan wajah Samas yang kusam menjadi lebih menarik.
Padahal sesungguhnya pesisir Samas menyimpan potensi besar yang apabila digarap dengan baik dapat menjadi daya tarik tersendiri dibandingkan pantai lain sehingga nantinya dapat menambah pendapatan, baik bagi masyarakat sekitar maupun pemerintah daerah. Potensi itu ada dalam lima hal yaitu pantai itu sendiri, Muara Samas, penangkaran tukik, pembibitan udang galah, dan pertanian lahan pasir pantai. Pertama, dibandingkan pantai yang berada di barat Kali Opak, Pantai Samas lebih mudah dijangkau, dari Jalan Bantul cukup lurus ke selatan. Apabila ingin mencapai Pantai Pandansari dan Gua Cemara dari arah timur sudah pasti jalan yang paling mudah (bagi wisatawan yang baru sekali datang) adalah lewat loket masuk Pantai Samas sehingga Pantai Samas lebih strategis. Pantai Samas tidak berbeda jauh dengan pantai-pantai di Bantul. Di pantai ini juga menjadi tempat berlabuhnya perahu-perahu nelayan pencari ikan sehingga pengunjung dapat juga membeli ikan-ikan segar. Penting kiranya untuk menata tempat penjualan mirip dengan yang ada di Pantai Depok sehingga kawasan pantai lebih tertata.
Kedua, penulis lebih memilih menyebut Muara Samas karena muara ini letaknya di sebelah timur Pantai Samas tempat bertemunya Kali Opak dengan Kali Winongo Kecil. Apabila dikelola dengan baik muara ini dapat dijadikan tempat pemancingan maupun wisata air lainnya (dayung, kano, kayak). Hal unik lainnya adalah ketika pertengahan tahun menjelang akhir musim kemarau ada ritual bedah suwangan, yaitu gotong royong membongkar muara yang buntu tertutup pasir. Muara yang buntu ini menyebabkan air dari Kali Opak dan Kali Winongo Kecil tidak dapat mengalir ke Samudera Indonesia sehingga lahan petani di sekitar muara terendam air. Ritual ini tempatnya sekitar 1 km arah timur Pantai Samas sehingga perahu-perahu nelayan dapat dimanfaatkan untuk mengantar wisatawan melihat lebih dekat proses bedah suwangan. Di hari biasa pun perahu-perahu nelayan dapat dioptimalkan untuk mengantar wisatawan menjelajahi Muara Samas.
Ketiga, penangkaran tukik. Di hamparan Pantai Samas sering digunakan sebagai lokasi bertelur penyu-penyu langka seperti Penyu Lekang, Penyu Blimbing, Penyu Sisik, dan Penyu Hijau. Melalui kesadaran dari nelayan sekitar perburuan penyu yang sebelumnya sempat dilakukan mulai dihentikan sejak 2000-an. Rujito merupakan tokoh dibalik penangkaran penyu ini. Rumah beliau tepat di depan lokasi penangkaran penyu. Penangkaran ini terbagi menjadi tempat penetasan dan bak pembesaran tukik. Biasanya musim penangkaran tukik terjadi pada Juni-September. Sebagai penambah kenyamanan pengunjung perlu ada papan-papan atau poster-poster informasi terkait dengan kegiatan maupun jenis-jenis penyu yang pernah ditangkarkan. Lebih bagus lagi ada pemutaran video dokumenter tentang kiprah Rujito dan masyarakat Samas dalam upaya pelestarian penyu. Tentunya untuk mendukung hal ini perlu ada tempat/pendapa untuk kegiatan diskusi serta tempat informasi disebabkan saat ini bangunan penangkaran penyu terbilang sempit.
Keempat, di Samas juga terdapat UPTD Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan yang melakukan pembibitan udang galah. Tempat yang berada di sisi timur masjid ini cocok untuk sarana edukasi mengenai budidaya udang galah. Perlu pembenahan di beberapa titik agar tempat ini nyaman dikunjungi wisatawan terutama perbaikan jalannya. Termasuk juga papan/poster informasi terkait kegiatan pembibitan udang galah. Kedepannya akan lebih menarik apabila pengunjung dapat membeli udang galah sebagai buah tangan.
Kelima tentang pertanian lahan pasir pantai. Suatu keistimewaan pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk Kabupaten Bantul adalah air tanah yang tawar. Air tanah yang tawar inilah yang memberikan dukungan utama terhadap pengembangan lahan pasir menjadi kawasan pertanian. Tidak semua orang tahu kalau lahan pasir pantai yang karakteristik utamanya bersifat porus, evapotranspirasi besar, dan miskin unsur hara mampu ditanami aneka tanaman, sehingga hal ini menjadi daya tarik dan keunikan tersendiri. Tekait dengan pertanian lahan pasir, wisatawan yang datang ke Samas dapat melakukan jalan-jalan mengelilingi kawasan pertanian ini. Akan lebih baik ada fasilitas persewaan sepeda agar kawasan pertanian yang luas ini mudah dijangkau. Sepeda dipilih karena moda transportasi yang ramah lingkungan. Wisatawan nantinya dapat ikut serta dengan petani untuk belajar menanam atau memanen apa yang dibudidayakan petani. Umumnya tanaman yang ada bawang merah, cabe, kacang panjang, jagung, padi, tomat, juga kangkung. Dapat juga kedepannya ada petani menanam semangka, melon, atau hortikultura yang dapat dikonsumsi ditempat. Diharapkan dengan mengunjungi pertanian lahan pasir pantai, wisatawan selain dapat pengetahuan juga pulang dengan membawa oleh-oleh sayuran segar yang dibeli dari petani dengan harga dibawah harga pasar.
Otomatis dengan lima keunggulan plus penanganan masalah-masalah yang telah disampaikan di awal, cerita pesisir Samas akan menjadi lebih menarik. Dukungan Pemda melalui dinas-dinas terkait mutlak diperlukan untuk mendukung optimalisasi potensi kawasan Samas. Terkait dana untuk perbaikan selain dari APBD dapat juga memanfaatkan dana hibah maupun CSR. Tentunya perlu promosi wisata agar lebih mendorong wisatawan untuk mengunjungi Pantai Samas.
Tentunya dalam proses perbaikan pesisir Samas sangat penting mempertimbangkan aspek lingkungan alam maupun sosial. Jangan sampai adanya pembangunan malah merusak ekosistem di Samas. Mengenai perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan kawasan Samas tentunya wajib melibatkan masyarakat, jangan sampai terjadi resistensi sosial karena kurangnya pendekatan dari pihak terkait. Pengelolaan yang melibatkan masyarakat akan membuat masyarakat sekitar memiliki rasa memiliki dan tanggungjawab dalam menjaga kawasan ini.
Kelak ketika kawasan wisata terpadu Samas ini menggeliat akan menggairahkan sektor kuliner maupun oleh-oleh di kawasan Samas maupun di sepanjang jalan Bantul. Pendapatan masyarakat baik sebagai pedagang dan penyedia jasa akan meningkat serta pemasukan daerah dari retribusi pun naik, sehingga optimalisasi kawasan Samas ini benar-benar berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar dan pemerintah daerah. Melalui Pemda PAD dari Pantai Samas maupun objek wisata lainnya akan bermanfaat terhadap pembangunan daerah-daerah lain di Bantul sehingga jargon Samudera Emas pada penamaan Samas benar-benar terwujud. Ditunjukkan dengan menjadikan Kawasan Samas sumber penghidupan bagi masyarakat sekitar pada khususnya dan masyarakat Bantul umumnya.